Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap-tiap menunjukkan bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus berhak untuk memperoleh pendidikan, salah satunya adalah anak hiperaktif.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anakanak yang menderita ketidakmampuan untuk ‘stop, look, listen and think’ (Abikoff, 1987). Kelemahan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menggunakan strategi kognitif yang terorganisir sehingga sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang jelas.
Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau setidaknya bisa berkurang hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi/menjalin hubungan baik dengan orang-orang disekitarnya maka anak hiperaktif perlu mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini, salah satunya adalah dengan terapi.
Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, namun dengan dilakukannya terapi secara intensif akan membantu penyembuhannya dan secara bertahap hiperaktifitasnya akan berkurang.
Di dalam pembelajaran anak hiperaktif di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus tidak lepas dari penggunaan media, terutama media visual,, karena media visual (gambar) merupakan alat bantu komunikasi yang mewujudkan tujuan komunikasi dari anak, dan disamping itu anak lebih mudah belajar memahami lewat gambar-gambar (visual-learners).
Terkait dengan pembelajaran anak hiperaktif penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar) di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus.
Adapun tujuan penelitian ini untuk: 1) mengetahui bagaimana merancang pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar). 2) mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar). 3) mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar). Penelitian ini dilakukan di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus dengan sasaran penelitian anak hiperaktif, yang termasuk kategori hiperaktif disini adalah Speech Delayed dan Hiperaktif (SD & H), Autis dan Hiperaktif (A & H) dan Normal Hiperaktif dan Kurang Konsentrasi (NH & KK). Speech Delayed dan Hiperaktif yaitu anak dengan gangguan terlambat bicara dan kelainan perilaku, Autis dan Hiperaktif yaitu anak dengan gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi (hanya tertarik pada dunianya sendiri) dan kelainan perilaku, sedangkan Normal Hiperaktif dan Kurang Konsentrasi yaitu anak yang mengalami gangguan perilaku tetapi ringan (hiperaktif ringan) dan kurang kokonsentrasi. Dan dengan informan peneliti 6 (enam) orang yang terdiri dari Kepala Terapi, Guru Pembimbing/Terapis dan Orang Tua Siswa. Pemilihan informan penelitian dilakukan dengan cara sampel bertujuan (purposive sample), yaitu cara pengambilan informan penelitian yang bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Metode pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi, peneliti memperoleh gambaran bahwa perencanaan pembelajaran (kurikulum) anak hiperaktif di tempat Terapi Anak Al Tisma Kudus adalah menggunakan kurikulum dari Pelatihan Tatalaksana Perilaku (Metode Lovaas) dan COMPIC yang diselenggarakan oleh Yayasan Autisme Indonesia. Sedangkan dalam membelajarkan anak hiperaktif digunakan sistem pembelajaran lovaas one on one (pembelajaran satu guru satu murid). Dan metode yang digunakan dalam pengajaran anak hiperaktif adalah metode yang memberikan gambaran konkrit tentang “sesuatu”, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang “sesuatu” tersebut. Untuk itulah dalam membelajarkan anak hiperaktif tidak lepas dari penggunaan media, terutama media visual (gambar), karena dengan gambar-gambar itu anak lebih mudah belajar memahami.
Pembelajaran dengan menggunakan media visual mencakup Identifikasi benda, mencocokkan (matching), identifikasi warna, identifikasi bentuk, identifikasi huruf, identifikasi angka dan identifikasi kata kerja. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu anak dalam generalisasi dan supaya anak menguasai berbagai konsep seperti warna, ukuran, bentuk, arah, besaran dan lain-lain. Disamping itu untuk meningkatkan kemampuan bahasa, kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Cara membelajarkannya dengan mengambil satu gambar dan meletakkan di atas meja di depan anak, dan beri perintah/instruksi sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam memberikan perintah/instruksi ini harus disampaikan dengan singkat, jelas dan konsisten dan dengan suara netral (cukup keras, tegas dan bukan membentak) agar anak mudah memahami. Apabila dalam pembelajaran, anak masih tahap pengenalan atau mengalami kesusahan, maka berikan prompt (bantuan/arahan) pada anak dan setiap kali anak berhasil melakukan sesuatu dengan benar maka berikan reinforce (hadiah/pujian/tepukan). Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Dan apabila anak sudah mulai menguasai materi pelajaran/merespon dengan benar, maka mengajar tanpa prompt dan memberikan reinforce respons yang benar saja. Apabila anak sulit untuk diajarkan maka cukup diberi iming-iming, seperti hadiah untuk menarik minat mereka belajar.
Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif adalah evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dan evaluasi bulanan yang bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah atau orang tua di rumah.. Berdasarkan evaluasi proses dari hasil pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) pada 6 anak hiperaktif dapat disimpulkan bahwa pelajaran yang masih sering mengalami kendala/hambatan adalah identifikasi benda, identifikasi bentuk dan identifikasi kata kerja dimana kasusnya sama yaitu kurangnya ketelitian anak dalam membaca gambar dan gangguan dalam pemahaman bahasa, tetapi dengan adanya media visual (gambar) dan prompt (bantuan/arahan) dari terapis dapat membantu mengurangi/menghilangkan gangguan pemahaman bahasa pada anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media visual (gambar) memudahkan anak dalam memahami konsep dan membantu dalam generalisasi. Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan bahasa, kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Hal ini terbukti dengan 75 % anak hiperaktif berhasil menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru pembimbing/terapis melalui media visual (gambar) ini.
Saran dari penulis kepada pihak-pihak yang terkait diantaranya yaitu kepala terapi, guru pembimbing/terapis, orang tua siswa, psikolog anak, psikiater anak, dokter anak, dan Departemen Pendidikan Nasional hendaknya aktif dalam meningkatkan kinerjanya serta mendukung program terapi ini sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
TAHUN SKRIPSI : 2005
DOWNLOAD LINK : Penggunaan Media Visual Dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar