Sebagaimana telah dijelaskan pada sub‑bab sebelumnya, individu dalam berperilaku prososial
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang mana faktor‑faktor tersebut akan
didapatkan remaja dalam lingkungan keluarga, dalam hal ini adalah orang
tua (selain dari lingkungan luar keluarga). Menurut Rifai (1984),
perbedaan‑perbedaan. sikap‑sikap serta tindakan‑tindakan remaja lebih
banyak dipengaruhi oleh perbedaan‑perbedaan suasana kejiwaan keluarga
dari pada keadaan luar serta keadaan material keluarga.
Keluarga merupakan kelompok sosial
yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan
diri sebagai manusia social di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Di mana kelompok keluarga merupakan kelompok primer, di
dalamnya termasuk terjadi pembentukan norma‑norma, terbentuknya frame of
reference, sense of belongingness.
Pengalaman‑pengalamannya dalam interaksi sosial
dalam keluarganya turut menentukan pula cara‑cara tingkah lakunya
terhadap orang lain dalam pergaulan social di luar keluarganya, di dalam
masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi social di dalam keluarga,
karena beberapa hal berjalan tidak wajar/tidak lancar, kemungkinan
besar, bahwa interaksi sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga
berlangsung dengan tidak wajar.
Di dalam keluarga sendiri yang sangat besar peranannya adalah orang tua. Sebagaimana dijelaskan Gerungan (1996). Di
dalam interaksi sosial dengan orang tuanya yang wajar, remaja pun
memperoleh perbekalannya yang memungkinkannya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berharga kelak, sedangkan hubungannya dengan orang tua
kurang baik, maka besar kemungkinanya bahwa interaksi sosialnya pada
umumnyapun berlangsung kurang baik.
Sebagai salah satu pertanda dari hubungan interpersonal
yang baik antara anak dengan orang tua adalah anak tidak segan‑segan
untuk menceritakan isi hatinya ataupun cita‑citanya kepada orang tuanya.
Proses interaksi ini juga hendaknya berlangsung atas dasar simpati dan
cinta kasih yang timbal balik. Hal ini sesuai dengan penjelasan pada
sub‑bab sebelumnya bahwa hubungan interpersonal yang baik akan tumbuh
apabila memiliki aspek‑aspek percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.
Apabila
hubungan interpersonal berlangsung tanpa adanya aspek‑aspek di atas,
besar kemungkinan akan menimbulkan respon‑respon sosial yang keliru.
Dalam hal ini, Kartono (1981) menjelaskan bahwa lingkungan keluarga
yang kurang memiliki rasa cinta kasih dan tuntutan moril
berkecenderungan besar untuk tumbuh menjadi individu yang respon
sosialnya keliru.
Individu
tersebut akan selalu didera oleh macam‑macam konflik batin atau
kekalutan mental, sehingga akan mengembangkan perilaku sosial. yang
negatif.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Gerungan dkk (1995) mendapatkan kesimpulan bahwa :
- Anak delikuen lebih banyak berasal dari keluarga rumah tangga yang tidak utuh lagi struktur dan interaksinya dibandingkan dengan anak biasa.
- Anak delikuen kurang mendapat perhatian akan perkembangan norma‑norma dan disiplin di rumah tanggnya dibandingkan dengan anak biasa.
Dari kesimpulan di atas dapat dipakai gambaran bahwa adanya kenakalan anak (yang dapat dipakai sebagai faktor timbulnya perilaku anti‑sosial
remaja) salah satunya karena adanya keretakan hubungan dalam keluarga
(bisa diartikan tidak adanya hubungan interpersonalnya yang baik antara
orang tua dengan anak).
sumber : http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/05/14/